Khutbah Jumat: 2 Bentuk Ujian, Kebaikan dan Keburukan

 Teks khutbah kali ini mengangkat tema mengenai bersyukur dan bersabar. Keduanya merupakan sikap seorang mukmin ketika menghadapi ujian dari Allah. Manusia diuji dengan kebaikan dan keburukan. Maka harus disikapi dengan syukur dan sabar. 


Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الْأَحَدِ الْفَرْدِ الصَّمَدِ، الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُسَمَّى بِطَهَ وَأَحْمَدَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ن الْمُجْتَبَى الْمُقَرَّبِ. اَمَّا بَعْدُ، فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ   


Hadirin yang berbahagia,


Marilah kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah. Sholawat serta salam marilah kita sampaikan untuk nabi yang mulia Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.


Hadirin yang berbahagia,


Kehidupan di dunia ini tidak lain dan tidak bukan adalah ujian. Sehingga seseorang dapat mengetahui apakah dia berjalan menuju surga ataukah ke neraka.


Barang siapa yang menghadapi ujian tersebut sesuai dengan petunjuk allah, maka surgalah baginya yang menanti.


Namun barang siapa yang menghadapi ujian tersebut dengan hawa nafsunya, maka bisa jadi dia menuju ke neraka.


Kehidupan di dunia ini ada batasnya. Batasnya adalah kematian.


Maka sepanjang hidup kita hingga kematian, sepanjang itulah ujian yang Allah cintakan.


Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:



الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.


Allah mendahulukan penyebutan kematian dibandingkan dengan ujian. Seolah-olah menyadarkan kita bahwa segalanya pasti berakhir di dunia ini. Termasuk ujian yang Allah timpakan kepada manusia. 


Pastilah adalah ujung dari ujian tersebut. Pastilah ada akhir dari ujian tersebut.


Pada ayat lain sama Allah juga berfirman:


كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ


Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan kami akan menguji kamu dengan keburukan kebaikan sebagai cobaan. Yang kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.


Pada ayat tersebut juga diawali dengan penyebutan kematian. Barulah Allah menyebutkan ujian. 


Yang artinya bahwa ujian itu pasti akan berakhir.


Allah menyebutkan bahwa manusia akan diuji dengan dua hal. Yaitu ujian berupa keburukan dan kebaikan.


Hadirin jamaah rahimakumullah,


Kehidupan manusia tidak akan terlepas dari dua kondisi. Satu waktu dia ditimpa dengan kebaikan dan satu waktu ditimpa dengan keburukan.


Dia akan diberikan kebaikan oleh Allah berupa kekayaan kelancaran rezeki, badan yang sehat, teman-teman yang banyak, harta yang melimpah, keluarga yang menyenangkan, dan lain sebagainya.


Terkadang manusia juga ditimpa dengan keburukan. Dia ditimpa dengan permasalahan ekonomi, kekurangan makanan kelaparan, masalah-masalah yang membuat hatinya sedih sempitnya rezeki, atau dizalimi oleh orang lain. 


Semua itu hakikatnya adalah ujian dari Allah. 


Manusia menyangka bahwa ujian hanya berupa keburukan keburukan atau musibah demi musibah. 


Padahal kekayaan dan berbagai macam kebaikan lainnya juga merupakan ujian dari Allah.


Lalu bagaimana kita menyikapi ujian tersebut?


Seandainya ujian tersebut merupakan musibah, maka kita menghadapinya dengan kesabaran. 


Bersabar terhadap musibah yang Allah timpakan merupakan akhlak seorang muslim. Merupakan ciri orang yang beriman.


Oleh sebab itu, Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:



لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُوْدَ أَوْ شَقَّ الْجُيُوْبَ أَوْ دَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ


“Tidaklah termasuk golongan kami orang yang menampar pipi atau merobek-robek pakaian atau berteriak dengan teriakan Jahiliyah”. [Disepakati keshahihannya : Al-Bukhari 


Orang yang ketika ditimpa musibah kau menjerit-jerit, merobek pakaiannya atau menampar-nampar  pipinya menunjukkan perilaku yang tidak sabar.


Padahal setiap musibah tersebut memang telah ditetapkan oleh Allah. Allah telah mentakdirkan musibah tersebut menimpa dirinya. 


Dan dia tidak dapat melarikan diri dari musibah yang telah Allah tetapkan. Hatinya yang meronta, kesedihannya yang menjadi-jadi, atau perilakunya yang berkedudukan saya tidak akan mengubah musibah tersebut.


Allah menjelaskan bahwa musibah tersebut telah ditentukan bahkan sebelum diciptakannya langit dan bumi.


مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ 


Tidak ada satu bencana pun yang menimpa di bumi maupun pada dirimu sendiri, melainkan telah tercatat di kitab sebelum kami menciptakannya..


Jadi bencana itu telah ditetapkan oleh Allah jauh sebelum penciptaan kita..


Lalu apa tujuannya?


Allah pun menjelaskan:


 لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آَتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ


Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri..


Tujuannya adalah agar kita tidak bersedih terhadap apa yang luput dari diri kita, karena memang hal tersebut tidak ditakdirkan untuk kita.


Oleh sebab itu kalau kita harus bersabar dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah untuk diri kita.


Dengan bersabar terhadap musibah musibah yang terjadi, maka kita akan mendapatkan kecintaan dari Allah. 


Sebagaimana firman Allah:


وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.



Hadirin rahimakumullah,


Ujian yang kedua justru lebih besar dan lebih berat. Yaitu ujian berupa kebaikan. 


Diantarnya tatkala seseorang diberi kekayaan, dibukakan pintu-pintu dunia, diberi harta yang melimpah ruah, dan segala yang diinginkan oleh syahwat…


Betapa banyak orang yang dapat lulus dari ujian berupa musibah. Namun ketika diuji dengan kekayaan justru dia menyimpang.


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah menjelaskan bahwa: mayoritas penghuni surga adalah kaum yang fakir. 


Yang dapat dimaknai bahwa manusia akan mudah lulus ketika diuji dengan kefakiran.


Namun ketika diuji dengan dunia, maka banyak sekali manusia yang durhaka kepada  Rabb-nya.


Misalnya, mereka menjadi ujub dengan kekayaan yang telah Allah berikan kepada mereka.


Sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat al-qasas ayat 76:


وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ


“Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”.” (QS. Al-Qashas: 76)


Pada ayat di atas, Allah menceritakan tentang qorun yang begitu bangga karena kekayaan yang Allah berikan untuknya.


Demikian pula,  ketika seseorang diberi tempat tinggal dan tempat beristirahat yang nyaman, hal tersebut bisa menyebabkan seseorang tersebut menjadi sombong.


Artinya dia tidak lulus ketika diuji dengan kebaikan.


Allah mencontohkan dalam surat Maryam:



وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُنَا بَيِّنَٰتٍ قَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَىُّ ٱلْفَرِيقَيْنِ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا

Artinya: Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang (maksudnya), niscaya orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: "Manakah di antara kedua golongan (kafir dan mukmin) yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuan(nya)?" Maryam Ayat 73


Mereka mendurhakai Tuhannya. Dan membandingkan mana yang lebih baik rumah dan tempat pertemuannya antara orang yang beriman dengan orang-orang yang kufur.


Dan mereka melihat bahwa orang-orang beriman tidak lebih baik rumahnya maupun tempat bertemunya dibandingkan mereka yang kafir.


Hadirin jamaah rahimakumullah,


Padahal kebaikan maupun keburukan yang Allah timpakan, dua-duanya merupakan ujian.



Orang yang beriman akan menghadapinya dengan cara yang benar.


Apabila diberi kebaikan, maka dia pun bersyukur kepada Allah.


Dia bersyukur untuk rumah yang ditinggalinya, pakaian yang dia kenakan, makanan dan minuman yang Allah berikan setiap hari, kendaraan yang memudahkannya melakukan perjalanan.


Demikian pula apabila diberikan keburukan, maka dia pun bersabar atas musibah tersebut.


Dia bersabar untuk kekurangan hartanya; dia bersabar walaupun kemiskinan menderanya; dia tetap bersabar walaupun penyakit menimpa tubuhnya.


Kembalikan dan keburukan yang Allah timpakan hakikatnya adalah kebaikan bagi orang yang beriman.


Karena dengan kebaikan yang Allah berikan, dia dapat bersyukur. Sehingga, dia mendapatkan pahala dan keridhaan Allah.


Dan jika Allah menimpakan musibah, maka dia pun bersabar. Sehingga dengan kesabaran tersebut Allah pun meridhoi dan mencintainya.


Inilah sikap seorang mukmin sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi:


عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ،/ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ،/ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ


“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)



Hadirin jamaah rahimakumullah,


Semoga kita semua dapat bersyukur kalau diberikan nikmat, dan bersabar kalau ditimpa musibah.


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نِ الْمُصْطَفَى، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الشُّرَفَا

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
  عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ  


Demikian teks khutbah Jumat tentang 2 ujian yang dihadapi oleh manusia. Semoga bermanfaat. 
No Comment
Add Comment
comment url