6 Citraan Dalam Puisi dan Contohnya Dari Pujangga Indonesia

Citraan Dalam Puisi -  Dalam puisi, untuk memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana yang khusus, membuat lebih hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan dan juga untuk menarik perhatian dan penyair juga menggunakan gambaran-gambaran Angan, di samping alat kepuitisan yang lain.

Pengertian 

Gambaran-gambaran angan dan sajak itu disebut citraan atau imaji. Citraan ini ialah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya (Alterbend, 1970:12),  sedang setiap gambar pikiran  disebut citra atau imaji.

Gambaran pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata, saraf penglihatan, dan daerah-daerah otak yang berhubungan (yang bersangkutan). 

Berhubung dengan hal ini arti kata harus diketahui dan dalam hubungan ini, mungkin juga berarti bahwa orang harus dapat mengingat sebuah pengalaman Indra an atas objek-objek yang disebutkan atau diterangkan (Alterbend, 1970:12). Tanpa itu, maka akan tetap gelap gambaran itu. 

citraan dalam puisi



Juga pembuatan gambaran, seperti dikemukakan oleh Coomber 91980:42)  hendaknya jangan berada di luar pengalaman kita, misalnya sebuah imaji: hitam seperti rongga tenggorokan Serigala! 

Orang belum pernah mengalami berada di rongga atau bagian dalam tenggorokan serigala. Jadi perumpamaan ini tidak dapat menghidupkan gambaran.

Juga imajinasi atau konvensional tidak dapat memberi efek puitis dan tidak menghidupkan gambaran, misalnya, yang dapat “Seputih kertas ", bahkan akan lebih efektif dikatakan sangat pucat". 

Coombes (1980:42) Mengemukakan bahwa dalam tangan seorang penyair yang bagus, imaji Itu tegar dan hidup, berada dalam Puncak keindahannya untuk mengintensifkan, menjernihkan, memperkaya; sebuah imaji yang berhasil menolong orang merasakan pengalaman penulis terhadap objek dan situasi yang dialaminya dan memberi gambaran yang tepatnya, hidup, kuat, ekonomis, dan  segera dapat kita rasakan dan dekat dengan hidup kita sendiri.

Dengan hal itu orang harus mengerti arti kata-kata yang dalam hubungan ini juga harus dapat mengingat sebuah pengalaman Indra and objek-objek yang disebutkan atau diterangkan pada atau secara imajinatif membangun semacam pengalaman di luar hal-hal yang berhubungan sehingga kata-kata akan secara sungguh-sungguh berarti kepada kita (Altenbernd, 1970:12)

Citraan biasanya Lebih mengingatkan kembali daripada membuat baru kesan pikiran, sehingga pembaca terlibat dalam kreasi puitis (Altenbernd, 1970:12).

Pembaca akan mudah menanggapi hal-hal yang dalam pengalamannya telah tersedia simpanan imaji-imaji yang tanya. 

Tentunya tanpa melupakan gaya bahasa atau majas dalam puisi sebagai sarana estetika. 

Jenis-jenis Citraan (Imaji)

Gambaran-gambaran angan itu ada bermacam-macam, dihasilkan oleh indra penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penciuman. Bahkan juga diciptakan oleh pemikiran dan gerakan.
  • 1. Citraan Penglihatan Yaitu gambaran angan yang berhubungan dengan indra penglihatan (mata).
  • 2. Citraan pendengaran Yaitu gambaran angan yang berhubungan dengan indra pendengaran (telinga).
  • 3. Citraan penciuman Yaitu gambaran angan yang berhubungan dengan indra penciuman (hidung).
  • 4. Citraan perasa Yaitu gambaran angan yang berhubungan dengan indra perasa (lidah).
  • 5. Citraan peraba Yaitu gambaran angan yang berhubungan dengan indra peraba (kulit).

Citraan Penglihatan

Citraan yang timbul oleh penglihatan disebut citraan penglihatan atau visual imagery. Gambaran-gambaran angan yang bermacam-macam itu tidak dipergunakan secara terpisah-pisah oleh penyair dalam sajaknya, melainkan dipergunakan bersama-sama, saling memperkuat dan saling menambah kepuitisannya..

Citra penglihatan adalah jenis yang paling sering dipergunakan oleh penyair dibandingkan dengan citraan yang lain. Citra penglihatan memberi rangsangan kepada indra penglihatan, hingga sering hal-hal yang tak terlihat Jadi seolah-olah terlihat.

Contoh imaji penglihatan dalam puisi.

WS. Rendra

Ruang diributi jarak dada
Sambal tomat pada mata
Meleleh air racun dosa
(1957:34)

Amir Hamzah:

Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa Dara dibalik tirai
(1959:5)


Chariril Anwar:

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku Bertudung Sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Arum rambutmu mengalun bergerak sendiri

Penyair yang banyak mempergunakan Citra penglihatan disebut penyair visual, misalnya WS Rendra.

Citraan pendengaran

Citra pendengaran atau adiutor imagery juga sangat sering dipergunakan oleh penyair. Citraan itu dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara.

Penyair yang banyak menggunakan nya disebut penyair auditif, misalnya Toto Sudarto Bachtiar.

Contoh citraan pendengaran dalam puisi karya penyair Indonesia.

Amir Hamzah:

Sebab Dikau
Aku boneka engkau boneka
Penghibur dalam mengatur tembang
Di layar kembang bertukar pandang
Hanya selalu, sepanjang dendang

Karena kasihmu
Sunyi sepi pitunang poyang
Tidak meretak dendang dembakoe
Layang lagu tiada melangsing
Haram gemerincing genta rebana

WS Rendra

Ada tilgram tiba senja

Ada Podang pulang ke sarang
Tembangnya panjang berulang-ulang;
-pulang ya pulang, hai petualang!

Toto S. Bachtiar

KESAN

Jenis suara peri mengiang
Hanya lagu orang-orang Malang
Dalam pengembaraan di bawah bintang
Mengalir dari tiap sempat cendela

WAJAH

Kalau semua sudah jauh, 
sehabis memperdua malam
Sepi  meraja dimana saja,
Sayup-sayup hanya kudengar
Hatiku berdetak kepadamu, menurun denyut desah jam tua
Sampai ke lapang dengan remuknya sedan penghabisan

Alangkah Pilu  Siutan  angin menderai
Mesti berjuang menghabiskan lagu sedih
Kalau aku terpeluk dalam lengan-lengan mu 
Sebab keinginan saat ini mesti tewas dekat usia

Jangan lupa untuk memahami analisis puisi dengan strata norma yang ditulis oleh Rachmat Djoko Pradopo. 

Citraan Perabaan

Meskipun tak sering dipakai seperti Citra penglihatan dan pendengaran, Citra perabaan banyak dipakai oleh penyair juga.

Misalnya kita dapati dalam sajak-sajak Subagio Sastrowardoyo dan WS Rendra.

WS Rendra

Blues untuk Bonnie

Maka dalam blingsatan
Ia bertingkah bagai yang gorila
Gorilla tua yang bongkok
Meraung-raung.

Sembari jari-jari gala penting gitarnya
Mencakar dan mencakar
Manggarupi rasa gatal di sukmanya.

Ada tilgram tiba senja
Kapuk randu. Kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermekaran

Subagio Sastrowardoyo:

Salju

Kukumu tajam, pacar
Tikam kan dalam-dalam ke kulitku
Biar titik darah
Dan sakit terasa,
Akhirnya bukan tumbuh atau nyawa
Melainkan kesadaran harus dibebaskan dari binasa
Cubit! Biar sakit
Dan hidup menggelora.

Citraan penciuman

Citraan yang tak begitu sering dipergunakan di arah citraan penciuman dan pengecapan..

Dibawah ini contoh puisi dengan citraan penciuman.

WS Rendra

NYANYIAN SUTO UNTUK PATIMA

Dua puluh tiga  matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah


Subagio Sastrowardoyo

PUTERI GUNUNG NAGA

Putri manis! Di daerah asing
Udara berbau tembaga dan di awan putih
Berkuasa ular naga
Permata bengis

Citraan pengecapan

Berikut ini contoh puisi dengan imaji citraan pengecapan

Subagio Sastrowardoyo

PEMBICARAAN

Hari mekar dan bercahaya:
Yang ada hanya sorga. Neraka
Adalah rasa pahit di mulut
Waktu bangun pagi.

Rendra

Ia makan nasi dan isi hatinya
Pada mulut terkunyah duka


BALADA KASAN DAN FATIMAH

Bini Kasan ludahnya air kelapa
Dan kini ia lari karena bini bau melati
Lezat ludahnya air kelapa

Kasan tinggalkan daku, meronta paksaku
Terbawa bibir lapis daging segar mentah,
Penghisap kuat kembang gula perawan.

….

Citraan dapat dihasilkan dengan asosiasi-asosiasi intelektual (Altenbernd,1970:14), misalnya the music earning like a god in pain. 

Rendra:

BALADA TERBUNUHNYA ATMO KARPO

Bedah perutnya tapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala.

(1970:16)

Chairil Anwar:

FRAGMEN

Aku sudah saksikan
Senja kekecewaan dan putus asa yang bikin Tuhan
Juga turut tersedu
Membekukan berpuluh nabi, hilang mimpi dalam kuburnya.
(1978:42)

Citraan gerak

Citraan gerak disebut juga dengan movement imagery atau kinestetik imagery.

Citraan gerak adalah citraan yang menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak, tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak, ataupun gambar gerak pada umumnya.

Citraan gerak ini membuat hidup dan gambaran jadi dinamis.

Contoh citraan gerak dalam puisi karya Abdul Hadi.

SARANGAN

Pohon-pohon cemara di kaki gunung
Pohon-pohon Cemara
Menyerbu kampung kampung
Bulan di atasnya
Menceburkan dirinya ke dalam kolam
Membasuh luka-lukanya
Dan selusin dua sejoli
Mengajaknya tidur

(1971:4)

PRELUDE

Di atas laut. Bulan perak bergetar
Suhu pun melompat
Di bandara kecil itu. Aku pun dapat
Menerka. Seorang pelaut mengurusi jangkar

(1971:3)

Chairil Anwar:

SENJA DI PELABUHAN KECIL

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir Hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini, tanah air tidur, hilang ombak.

Contoh citraan yang digunakan oleh penyair secara bersama-sama.

WS Rendra

TEROMPET

TEROMPET
Terompet dilengkingkan napas nestapa
bagai pekik elang tua
membuat garis di pasir pantai
Bau pandan di sepi malam
duri-durinya menyuruk di daging.
Amboi, aroma daun pandan!
Amboi amir darah dari daging!
Nestapa!
Maha duka!
Didambakannya dahlia dua tangkai,
burung-burung dua pasang
emas fajar yang pertama. 
Nestapa! Maha duka!u
Menyepak-nyepak dalam dada
buyar napas isi rasa
lepas lewat kerongkongan tembaga.
Terompet dilengkingkan napas nestapa.
Arwah leluhur mencekik malam dena
(Empat Kumpulan Sajak, 1978:117)

Altenbernd mengemukakan bahwa citraan adalah salah satu ayat kepuitisan yang terutama yang dengan itu kesusastraan mencapai sifat-sifat konkret, khusus, mengharukan, dan menyarankan.

Untuk memberi suasana khusus, kejelasan, dan memberi warna setempat yang kuat penyakit mempergunakan kesatuan Citra Citra yang selingkungan.

Misalnya Rendra mempergunakan imaji-imaji pedesaan, alam, dalam kumpulan balada orang-orang tercinta. 

Dalam bonus untuk Boni ia mempergunakan citra-citra kekotaan dan kehidupan modern. 

Berikut ini merupakan citra-citra pedesaan .

BALLADA KASAN DAN PATIMA

Bila bulan limau retak
Merataplah Patima perawan tua.
Lari ke makam tanah mati
Buyar rambutnya sulur rimba
Di tangan barat dan kemenyan.


Duh, bulan limau emas
Desak-desakan wajahmu ke dadaku rindu
Biar pupus dendam yang kukandung
Tanah sebagai lahan, bagai ludah mentari


Bini Kasan ludahnya air kelapa
Dan mata tiada nyala guna-guna
Anaknya tinggal putih-putih bagai ubi yang subur

Dan kini ia lari karena bini bau melati
Lezat ludahnya air kelapa

(1957:7-9)

BALADA LAKI-LAKI TANAH KAPUR

Mendatang derap kuda
Berisik, menyayat hati burung
Yang pecah telurnya

Tangan-tangan gadis
Yang pucat muka nya
Diam-diam meronce melati
Sambil mengusap air mata

Di ujung desa
Jenazah sedang disucikan.

(Isyarat,1976:51)

Sajak-sajak yang tidak menunjukkan kesatuan citraan menyebabkan gelap, seperti tidak ada saling hubungan antara kata yang satu dengan kata yang lain atau antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.

Hal tersebut ditunjukkan oleh Sutisna aji dalam essaynya "pengertian yang salah terhadap metode analitik dalam kritik puisi" bahwa banyak saja ke Indonesia sekitar tahun 1955 bercorak demikian, misalnya bait-bait yang berikut ini yang dikutip dari majalah " kisah."

Merpati sepasang disangkar peti
Bisa kembali di kehabisan wajah matahari
Pinggir-pinggir tonggak gonggongan anjing liar
Penambah rasa kalbuadi gerak sadar

(Hal 32)

Contoh lain:
Tengah dah dada garis mati putih tertegun tegun pergi.

Gemetar meniti sunyi bergayut tonggak-tonggak usia
Sembarang senja tepian pamit terbentang.


Itulah pengertian citraan dan beberapa contohnya dari puisi pujangga Indoneisa. 





No Comment
Add Comment
comment url