Puisi tentang Alam karya sastrawan terkenal dari Indonesia
Puisi tentang alam memang sangat mengagumkan. Alam adalah inspirasi bagi para penyair. Banyak sekali penyair Indonesia yang membuat puisi puisi bertemakan alam.
Berikut ini merupakan beberapa contoh puisi tentang alam karya sastrawan terkenal Indonesia.
Taufik Ismail
Taufik Ismail merupakan sastrawan yang sangat berwibawa di negara Indonesia dan Malaysia. Puisi-puisi karyanya sangat mudah untuk dipahami.
Tidak seperti karya sastrawan lainnya, puisi Taufik Ismail terbilang sangat indah. Bahkan beberapa puisinya dijadikan lirik lagu.
Tapi kita main sering kali membacakan puisi di layar televisi. Cara pembacaannya yang tenang sangat memikat para penonton.
Di bawah ini merupakan puisi tentang alam karya sastrawan Taufik Ismail.
DUA GUNUNG KEPADAKU BICARA
Kepada Singgalang bertanya aku
Wahai gunung masa kanakku di lututmu kampung ibuku
Kenapa indahmu dari dahulu tak habis-habis jadi rinduku
kepada Merapi berkata aku
Wahai gunung masa bayiku di telapakmu kampung ayahku
Kenapa gagahmu dari dahulu tak habis-habis dari ingatanku
Kedua gunung tentu saja
Cuaca dingin bahasanya
Kabut putih kosa katanya
Rintik hujan ungkapnnya
Senyap biru bisikannya
Kepada dua gunung kuulang tanya
Berjawab lewat desahan jutaan daun rimba raya
Bergema begitu indahnya lewat margasatwa
Ombak nyanyian insekta betapa merdunya
Bertanyalah pada Yang Di Atas Sana
( Idul Adha, Senin, 8 Desember 2008. Nagari Aie Angek, di seberang Nagari Pandai Sikek)
Bunga Alang - Alang
Bunga alang-alang
Di tebing kemarau
Menggelombang
Mengantar
Bisik cemara
Dalam getar
Di jalan setapak
Engkau berjalan
Sendiri
Ketika pepohon damar
Menjajari
Bintang pagi
Sesudah topan
Membarut
Warna jingga
Dan seribu kalong
Bergayut
Di puncak randu
Di bawah bungur
Kaupungut
Bunga rindu
Sementara awan
Menyapu-nyapu
Flamboyan
Kemarau pun
Berangkat
Dengan kaki tergesa
Dalam angin
Yang menerbangkan
Serbuk bunga.
1963
Adakah Suara Cemara
Ati
Adakah suara cemara
Mendesing menderu padamu
Adakah melintas sepintas
Gemersik daunan lepas
Deretan bukit-bukit biru
Menyeru lagu itu
Gugusan mega
Ialah hiasan kencana
Adakah suara cemara
Mendesing menderu padamu
Adakah lautan ladang jagung
Mengombakkan suara itu.
1972
Pantun Terang Bulan Di Midwest
Sebuah bulan sempurna
Bersinar agak merah
Lingkarannya di sana
Awan menggaris bawah
Sungai Mississippi
Lebar dan keruh
Bunyi-bunyi sepi
Amat gemuruh
Ladang-ladang jagung
Rawa-rawa dukana
Serangga mendengung
Sampaikah suara
Cuaca musim gugur
Bukit membisu
Asap yang hancur
Biru abu-abu
Danau yang di sana
Seribu burung belibis
Lereng pohon pina
Angin pun gerimis
1971
Taman Di Tengah Pulau Karang
Di tengah Manhattan menjelang musim gugur
Dalam kepungan rimba baja, pucuknya dalam awan
Engkau terlalu bersendiri dengan danau kecilmu
Dan perlahan melepas hijau daunan
Bebangku panjang dan hitam, lusuh dan retak
Seorang lelaki tua duduk menyebar
Remah roti. Sementara itu berkelepak
Burung-burung merpati
Di lingir Manhattan bergelegar pengorek karang
Merpati pun kaget beterbangan
Suara mekanik dan racun rimba baja
Menjajarkan pohon-pohon duka
Musim panas terengah melepas napas
Pepohonan meratapinya dengan geletar ranting
Orang tua itu berkemas dan tersaruk pergi
Badai pun memutar daunan dalam kerucut
Makin meninggi.
1963
Acep Zamzam Noor
Salah satu sastrawan Indonesia adalah Acep Zamzam Noor. Banyak sekali puisi sastrawan ini yang bernafaskan agama.
Hal tersebut tidaklah mengherankan karena penyair kelahiran Tasikmalaya ini hidup dalam lingkungan pesantren.
Acep Zamzam Noor dinilai merupakan penyair muda yang sangat berhasil. Beliau telah menerbitkan berbagai macam karya. Puisi puisi yang berisi perenungan yang sangat mendalam.
Berikut ini merupakan contoh puisi puisi yang bertemakan alam karya sastrawan Acep Zamzam Noor.
Siapakah
Siapakah yang menyiramkan hijau
Ketika punuk bukit kembali bersemi
Siapakah yang menumpahkan biru
Ketika ombak berkejaran dengan sunyi
Siapakah yang menggambari langit
Dengan kuas sehalus awan pagi
Siapakah yang mengukir udara
Dengan pahat selentur jemari
2015
Sancang
Tanpa alas kaki aku berjalan memasuki hutan terlarang
Batu-batu padas menjadi nubuat yang berasal dari sunyi
Sebuah ukiran nampak pada tebing yang ditoreh belati
Ada lelehan darah. Tahun kelahiran kita tertulis di sana
Lalu kita berpisah dan menjadi bagian dari kitab semesta
Bagian dari buku yang tak henti-hentinya mendedahkan
Keajaiban rindu. Aku membacamu hingga lubuk bahasa
Sebelum kau menghilang ditelan keremangan kata-kata
Aku berjalan menanjak dan menurun sepanjang hutan itu
Ingatan ibarat sulur-sulur pohon yang berjatuhan ke bumi
Dan kenangan adalah bunyi serangga menjelang subuh tiba
Di sebuah muara aku melihat waktu mengalir begitu lambat
Menit-menit mengambang di antara cabang-cabang bakau
Yang rapat. Aku tahu kematian menunggu kita di dermaga
2017
Gunung Lokon
Sebuah resonansi
Digetarkan cahaya pagi
Ujung dari doa yang murung
mengendap di keheningan
Lereng gunung
Monumen kabut
Yang menjulang tanpa tiang
Menjadi gerbang sunyi
Angin tanpa arah
Dingin tanpa muasal
Mengental
Seperti amsal
Sebuah vibrasi
Yang diletupkan lava
Menepi di akhir mazmur
Dari udara tercium
Harum sulfur
Kaldera waktu
Yang bergolak tanpa suara
Menjelma daratan baru
Kuburan tanpa nisan
Luka tanpa jejak
Menguap
Bersama epitaf.
Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko damono dipandang sebagai penyair angkatan 70-an. Karya-karyanya yang melegenda telah diterjemahkan ke berbagai macam bahasa.
Beliau merupakan sastrawan yang telah menerbitkan puluhan buku. Salah satu barang yang paling dikenal adalah puisi yang berjudul Hujan Bulan Juni.
Di bawah ini merupakan puisi tentang alam karya Sapardi Djoko damono, seorang sastrawan terkenal dari Indonesia.
Hatiku Selembar Daun
Hatiku selembar daun
melayang jatuh di rumput
Nanti dulu
biarkan aku sejenak terbaring di sini
ada yang masih ingin kupandang
yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi
sebelum kausapu tamanmu setiap pagi
Hanya
hanya suara burung yang kau dengar
dan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana
hanya desir angin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu
hanya doaku yang bergetar malam ini
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu
Joko Pinorbo
Joko pinurbo merupakan sastrawan yang dikenal dengan tulisannya bernuansa humor, Ironi dan narasi.Beliau mengeluarkan karya-karyanya mulai dari tahun 1999 hingga tahun 2021.
Berikut ini merupakan contoh karya-karya puisi Joko pinurbo yang bertemakan tentang alam.
"Hutan Karet"
Karya Joko Pinurbo
in memoriam: Sukabumi
Daun-daun karet berserakan.
Berserakan di hamparan waktu.
Suara monyet di dahan-dahan.
Suara kalong menghalau petang.
Di pucuk-pucuk ilalang belalang berloncatan.
Berloncatan di semak-semak rindu.
Dan sebuah jalan melingkar-lingkar.
Membelit kenangan terjal.
Sesaat sebelum surya berlalu
masih kudengar suara bedug bertalu-talu.
Haidi. S
"Pesan Alam"
Karya: Haidi S
Bencana ini mengajarkan kita
Bagaimana rasanya terpenjara
Di tempat yang disebut rumah
Yang perlahan membuat
Mungkin kita harus ingat
Saat perilaku kita menjerat
Penghuni laut udara dan darat
Akal dan nurani nyatanya tak saling terikat
Tuhan melalui alam menyampaikan pesan penuh Ilham
Membiarkannya geram sebab dosa tak terpendam
Umbu Landu Paringgi
Sabana
Karya : Umbu Landu Paringgi
Sabana
memburu fajar
yang mengusir bayang-bayangku
menghadang senja
yang memanggil petualang
sabana sunyi
di sini hidupku
sebuah gitar tua
seorang lelaki berkuda
sabana tandus mainkan laguku
harum napas bunda
seorang gembala berpacu
lapar dan dahaga
kemarau yang kurindu dibakar matahari
hela jiwaku risau
karena kumau lebih cinta
hunjam aku ke bibir cakrawala
Sitor Situmorang
Mendaki Merapi Menatap Borobudur
(Dialog Senja)
di tebing lembah
kupandang senja
kawah Merapi
bagian dari ziarah
sufi tanpa tarekat
bebas rindu
dalam merindu
bebas waktu
dan tempat
luruh dalam desah angin gunung
terapung
di awan
pulang bersama burung-burung
menuju hutan-hutan
masuk bayangan
dalam keleluasaan dan
kedalaman
percakapan tanpa kata-kata
terbalut angin
dan kebisuan
semesta batin
Balada Laut Tidore
Girl, girl alone!
Why do you wander!
(Ho Chih-Mo, Chairil Anwar)
Laut seperti peta lama sekaligus baru:
Lihat bangkai kapal Jepang di karang situ
dan pohon di atasnya – Betapa rimbun.
Beringin – kata orang setempat.
Waktu perang lalu, 194~, ke sini
tentara Jepang mengangkut 300 gadis-gadis
dari Minahasa
keperluan serdadu-serdadunya yang kesepian.
Muncul sebuah pesawat Amerika, lalu menukik,
saat kapal hampir berlabuh di Teluk.
Bomnya tepat jatuh di atas palka –
jadi kuburan bersama untuk awak kapal
dan 300 gadis remaja.
Untuk serdadu-serdadu Amerika yang tewas
di Arlington ada tugu megah bangsanya.
Di Tokyo terdapat kuil Jasukuni Jinja
persemayaman roh Prajurit Tak Dikenal.
300 gadis-gadis Minahasa di sini
bakal dikenang sebagai apa?
Hei, dara manis yang kini sendiri
di pantai Halmahera dan sedih. Adakah kau roh
tak berkawan?
Pulanglah, Sayang! Jangan terlalu nanap
memandang pelangi.
Cahaya rindu mereka, adalah cahaya rinduku
pula,
kisah baratayudha yang berkepanjangan.
Lereng Merapi
Kutahu sudah, sebelum pergi dari sini
Aku akan rindu balik pada semua ini
Sunyi yang kutakuti sekarang
Rona lereng gunung menguap
Pada cerita cemara berdesir
Sedu cinta penyair
Rindu pada elusan mimpi
Pencipta candi Prambanan
Mengalun kemari dari dataran ....
Dan sekarang aku mengerti
Juga di sunyi gunung
Jauh dari ombak menggulung
Dalam hati manusia sendiri
Ombak lautan rindu
Semakin nyaring menderu ....
Demikian beberapa puisi alam karya sastrawan terkenal dari Indonesia. Semoga bermanfaat.
Sumber;